Senin, 06 Desember 2010

Mengenal Sejarah Pemalang

 
Eksistensi Pemalang BerdasarkanData Sosio-Historis Sampai Abad XIX

Keberadaan Pemalang dapat dibuktikan berdasarkan berbagai temuan arkeologis pada masa prasejarah. Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan Moga. Patung Ganesa yang unik, lingga, kuburan dan batu nisan di desa Keropak. Selain itu bukti arkeologis yang menunjukkan adanya unsur-unsur kebudayaan Islam juga dapat dihubungkan seperti adanya kuburan Syech Maulana Maghribi di Kawedanan Comal. Kemudian adanya kuburan Rohidin, Sayyid Ngali paman dari Sunan Ampel yang juga memiliki misi untuk mengislamkan penduduk setempat.

Eksistensi Pemalang pada abad XVI dapat dihubungkan dengan catatan Rijklof Van Goens dan data di dalam buku W FRUIN MEES yang menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Senopati dan Panembahan Sedo Krapyak dari Mataram menaklukan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.

Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.

Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram.

Pada masa itu Pemalang telah berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575. Tokoh yang asal mulanya dari Pajang bernama Pangeran Benawa. Pangeran uu asal mulanya adalah Raja Jipang yang menggantikan ayahnya yang telah mangkat yaitu Sultan Adiwijaya.

Kedudukan raja ini didahului dengan suatu perseturuan sengit antara dirinya dan Aria Pangiri.

Sayang sekali Pangeran Benawa hanya dapat memerintah selama satu tahun. Pangeran Benawa meninggal dunia dan berdasarkan kepercayaan penduduk setempat menyatakan bahwa Pangeran Benawa meninggal di Pemalang, dan dimakamkan di Desa Penggarit (sekarang Taman Makam Pahlawan Penggarit).

Pemalang menjadi kesatuan wilayah administratif yang mantap sejak R. Mangoneng, Pangonen atau Mangunoneng menjadi penguasa wilayah Pemalang yang berpusat di sekitar Dukuh Oneng, Desa Bojongbata pada sekitar tahun 1622. Pada masa ini Pemalang merupakan apanage dari Pangeran Purbaya dari Mataram. Menurut beberapa sumber R Mangoneng merupakan tokoh pimpinan daerah yang ikut mendukung kebijakan Sultan Agung. Seorang tokoh yang sangat anti VOC. Dengan demikian Mangoneng dapat dipandang sebagai seorang pemimpin, prajurit, pejuang dan pahlawan bangsa dalam melawan penjajahan Belanda pada abad XVII yaitu perjuangan melawan Belanda di bawah panji-panji Sultan Agung dari Mataram.

Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.

Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang.

Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog Uan 1825 -1830 dilaporkan bahwa Residen Uan Den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.

Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Propinsi Jawa Tengah.
 

Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan).

Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan Jogio sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.

Dengan demikian Kabupaten Pemalang telah mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Secara biokratif Pemerintahan Kabupaten Pemalang juga terus dibenahi. Dari bentuk birokratif kolonial yang berbau feodalistik menuju birokrasi yang lebih sesuai dengan perkembangan dimasa sekarang.

Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk rnemperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.

Penetapan hari jadi ini dapat dihubungkan pula dengan tanggal pernyataan Pangeran Diponegoro mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823.

Namun berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang Hari Jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575. Bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Dan ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang.

Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkolo
Lunguding Sabdo Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751.

Sedangkan tahun 1496 je diwujudkan dengan Candra Sengkala
Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.

Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah
Pancasila Kaloka Panduning Nagari dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751(*)

Sumber: www.pemalangkab.go.id

Kamis, 02 Desember 2010

Paguyuban Perantau Pemalang (PTHREE)

Berawal dari dunia maya, berkarya membangun masyarakat.

Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi satu sama lain. Dari jaman purba manusia sudah berusaha berhubungan dan berkomunikasi dengan komunitasnya, dari bahasa Tarzan (isyarat) sampai dengan bahasa lisan yang makin hari makin bertambah ragam dan jenisnya. Di setiap suku bangsa pasti mempunyai alat komunikasi (bahasa) yang satu sama lain saling berbeda dan masing masing tempat mempunyai ciri khas tersendiri. Dari waktu ke waktu gaya bahasa makin berkembang, dari hanya sekedar lisan menjadi bahasa tulisan. Dan bahasa tulisanpun tak terelakkan mengalami kemajuan yang sangat pesat, dari hanya menulis di batu batu, kulit kulit pohon, kulit binatang, daun lontar hingga bahasa tulisan lewat media kertas dan media lainnya. Hingga sampai pada puncaknya manusia berhasil menemukan sebuah media super canggih yaitu media digital yang hari ini mengalami grafik yang luar biasa, baik dari sisi user (pengguna) maupaun dari sisi teknologinya. Ibarat miniatur  sebuah dunia, maka bisa di katakan dunia Internet adalah dunia dalam bentuk lain, yaitu dunia maya atau dunia semu, yang interaksinya tak terhalang oleh jarak , ruang, dan waktu. Dan hari ini manusia menjelajah dunia hanya dengan satu “Klik”, hanya dengan satu “Klik” maka terkuaklah jendela yang bisa melihat dunia di belahan manapun dengan beragam pernak pernik peri kehidupannya.

Canggihnya alat telekomunikasi tentu berdampak dengan gaya interaksi manusia. Dahulu manusia sering saling berkunjung satu sama lain hanya untuk mengetahui kabar atau keadaan kawan, saudara, serta handai taulan. Interaksi langsung inilah yang bisa mempererat ikatan emosional satu sama lain. Ada rasa rindu bila lama tidak bertemu, dan selalu mencari peluang di saat waktu yang senggang untuk bisa bersilaturahmi dengan kawan dan kerabat. Seiring makin majunya perkembangan teknologi, maka manusia sangat di manja dengan beragam fasilitas super canggih, kehidupan berjalan serba instan, termasuk dalam hal interaksi sosial yang menjurus kepada renggangnya rasa persaudaraan, rasa setia kawan, dan rasa solidaritas di masyarakat. Budaya gotong royong, budaya tolong menolong, dan budaya keguyuban, makin hari makin terkikis di gerus oleh arus globalisasi informasi yang tidak mampu kita bendung. Budaya sopan santun dan ramah tamah mulai tergerser oleh budaya gaul dan arus mode yang mengikuti trend kekinian dan selalu menawarkan hal hal baru yang sanggup menghipnotis orang orang yang gila mode. Inilah ekses dari kemajuan jaman yang tanpa filterisasi, tanpa pemilahan mana yang baik dan mana yang tidak, asyik menikmati tanpa sadar sedang terbuai oleh satu skenario global dalam rangka perusakan moral dan kepribadian, terutama yang menyerang generasi muda. Hari ini kita banyak sekali mendapatkan manfaat dari adanya Internet, tapi secara tidak langsung banyak sekali kerugian dan kerusakan yang di timbulkan olehnya. Ada dua mata pisau yang akan saling menghujam, jika kita tidak mampu bersikap arif dan bijak dalam menggunakannya.

Ada satu alternatif solusi pemecahan masalah dari kasus di atas jika kita mampu mencermatinya. Bagaimana agar media internet mampu menjadi jembatan informasi yang akan menghubungkan interaksi di dunia maya menjadi satu kekuatan untuk menggalang rasa solidaritas dan kesetia kawanan di antara sesama.
Banyak situs situs jejaring sosial yang mampu menyatukan ratusan bahkan ribuan orang dalam satu komunitas. Situs situs jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, dan Twitter adalah situs situs pertemanan yang banyak sekali penggunanya, dan Facebooklah yang paling mendominasi dan paling banyak di gemari. Cukup dengan hanya memiliki akun di Facebook, kita dapat terhubung dan berinteraksi dengan ratusan bahkan ribuan teman sekaligus. Media Facebook sangat memanjakan penggunanya, fitur fitur yang keren dan cantik, di tambah berbagai aplikasi yang makin canggih tentu banyak memikat jutaan orang yang rela menghabiskan waktunya hingga berjam jam untuk terus online di depan layar monitor. Tapi sayang tidak sedikit orang yang menyalahgunakan untuk tujuan yang tidak benar, sehingga banyak kita dengar kasus kasus penipuan, kasus perselingkuhan, penculikan anak di bawah umur, dan kasus kasus lain yang di timbulkan oleh penyalahgunaan media Facebook. Tapi kita tentu tidak harus selalu apriori dan skeptis menyikapi hal tersebut, karena banyak juga sebagaian orang yang mampu menangkap peluang dengan adanya Facebook ini dengan banyak ide ide kreatif.

Banyak ide ide kreatif yang bisa kita salurkan lewat Facebook, bisa promosi produk, iklan jasa, juga sebagai media komunikasi dengan membentuk grup grup komunitas. Dari komunitas bisnis, profesi, pendidikan, hingga komunitas masyarakat perantauan dari berbagai daerah. Tak ayal lagi hari ini kita banyak sekali menemukan grup grup komunitas masyarakat perantauan yang berasal dari berbagai daerah. Salah satunya yang masih eksis adalah grup Paguyuban Perantau Pemalang, yang hingga saat ini memiliki lebih dari 1400 anggota yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia bahkan merambah hingga mancanegara. Grup Paguyuban Perantau Pemalang mampu memanfaatkan celah positif dari adanya Facebook ini. Berawal dari hanya sekedar update status, meng” like” komentar, menulis komentar, upload gambar dan video, hingga ide idepun terus bergulir, hingga ada satu keinginan bagaimana grup dunia maya ini bisa eksis di dunia nyata. Tentu bukan satu pekerjaan mudah menyatukan berbagai orang dengan beragam latar belakang dan profesi yang berbeda, tapi karena di dasari niat untuk berbagi, bersilaturahmi, dan mengobati rasa rindu dengan kampung halaman, maka niatan yang tuluslah yang mampu menghancurkan dinding dinding perbedaan.

Paguyuban Perantau Pemalang terus tumbuh dengan dinamikanya, santai, penuh canda tawa, tapi tidak miskin ide dan gagasan. Semua anggota mempunyai peran yang signifikan dalam meramaikan grup yang baru berumur kurang dari satu tahun ini. Berbagai inovasi dan kreasi makin melambungkan nama Paguyuban Perantau Pemalang sebagai satu satunya grup komunitas perantauan yang mampu berkiprah secara nyata dengan program program yang realistis dan sangat di butuhkan masyarakat. Paguyuban Perantau Pemalang mempunyai visi dan misi yang jauh ke depan yang tidak hanya sekedar menjadi konsep tapi sedang di realisasikan dengan tahapan tahapan yang tersusun rapi. Konsep konsep pemberdayaan bidang ekonomi kerakyatan dan pengembangan sumber daya manusia adalah dua hal yang sedang konsern di garap dengan serius oleh Paguyuban Perantau Pemalang. Out put yang di hasilkan tentunya adalah di peruntukkan bagi para anggota yang tergabung dan masyarakat Pemalang pada umunya.*****

Selasa, 30 November 2010

Nasi Grombyang



Grombyang Makanan Khas Pemalang
Apa sih makanan khas kota Pemalang?
jawabane langka maningggg..
he...he..he..yaitu
NASI GROMBYANG
kenapa ya kok bisa di namakan Nasi Grombyang?
karena nasi dengan kuahnya itu lebih banyak kuahnya, jadi kalau dibawa goyang-goyang (grombyang-grombyang)…. kata orang pemalang.......

Makanan khas Pemalang ini banyak terdapat di sepanjang Jalan R.E. Martadinata, dan seputar alun-alun Kota Pemalang. Ramuan Grombyang terdiri dari nasi, irisan daging kerbau dan kuah, disajikan dalam mangkuk kecil dilengkapi sate kerbau. Nama Grombyang berasal dari bentuk penyajian makanan ini, antara isi dan kuah lebih banyak kuahnya sehingga kelihatan grombyang-grombyang (goyang-goyang).

Tidak diketahui dengan pasti kapan makanan khas ini mulai diciptakan. Namun, menurut penuturan para orang tua di Pemalang, makanan khas Grombyang sudah ada sejak tahun 1900-an. Pada waktu itu penjual Grombyang menjual dagangannya tidak menetap seperti sekarang tetapi berkeliling kampung.

Ciri khas Grombyang terletak pada tempat jualannya berupa kulai besar, tempat nasi ditutupi dengan kain merah, dan penerangan remang-remang dengan lampu templok. Ciri lainnya, pembeli menikmati hidangan dengan duduk di dingklik (kursi kecil pendek). Selain Grombyang masih ada jenis makanan khas lainnya seperti Sate Loso dan Kupat Dekem yang dapat dijumpai di Jalan R.E. Martadinata dan seputar alun-alun Kota Pemalang

Bukan itu saja keistimewaan grombyang Pemalang. Konon, grombyang bakal terasa lebih nikmat jika dimasak oleh orang Pemalang sendiri. Biarpun mengetahui resep rahasia Haji Warso yang grombyangnya terkenal paling enak sekalipun, kalau bukan orang Pemalang yang memasak rasanya akan lain. Benar atau tidak?


' resep dan bahan-bahan untuk membuat Grombyang khas pemalang '

Bahan-bahan:
- 500 gr daging sandung lamur
- 400 gr iga sapi
- 2500 ml air
- 2 lembar daun salam
- 4 sendok teh garam
- 4 sendok teh gula merah sisir
- 1 batang daun bawang diiris halus
- 4 sendok makan minyak untuk menumis
- 2 batang serai diambil putihnya (dimemarkan)
- 4 sendok makan bawang merah goreng untuk taburan

Bumbu halus:
- 7 butir bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 0,5 sendok teh merica
- 2 buah keluwek diseduh
- 1,5 sendok teh ketumbar
- 50 gr kelapa parut disangrai
- 1 cm jahe dan 2 cm kunyit dibakar

Bahan sambal cabai rawit:
- 2 siung bawang putih
- dan 1/8 sendok teh garam
- 15 buah cabai rawit merah


Cara Membuat:

  • Rebus daging, iga sapi, air, serai, dan daun salam sampai empuk. Angkat. Ukur 2000 ml air kaldunya. Potong-potong daging dan iga sapi. Didihkan lagi.
  • Panaskan minyak. Tumis bumbu halus sampai harum. Tuang rebusan daging. Masukkan garam dan gula merah. Masak sampai matang. Tambahkan daun bawang. Aduk rata.
  • Sambal cabai rawit: rebus cabai rawit merah dan bawang putih sampai layu. Angkat dan tiriskan. Tambahkan garam. Haluskan.
  • Sajikan dengan cabai sambal cabai rawit dan taburan bawang merah goreng.
Resep ini untuk 6 porsi.




Sabtu, 27 November 2010

Hasil Penggalangan Dana




Edi Pangestu
asalamualaikum wr.wb

kami selaku pengurus paguyuban perantau PEMALANG ingin memberitahukan
bahwa hasil dari pengalangan dana yg kita lakukan selama 2 hari berturut-turut
adalah sebagai berikut:
1. SABTU  13,NOV 2010 RP 727.700;
2. MINGGU 14,nov 2010 RP.2.172.300;

Jadi total semuannya RP.2.900.000
TEMPAT: LAMPU MERAH KUNINGAN
JAM :09.00 WIB S/D SELESAI

Dari hasil pengalangan dana tersebut insyallah besok hari senin akan kami salurkan lewat stasiun televisi TV one pukul 20.30 wib,pada acara APA KABAR INDONESIA MALAM
atas partisipasinya kami selaku pengurus paguyuban perantau pemalang
mengucapkan banyak- banyak terima kasih

NB:-terkhusus kami ucapkan banyak terima kasih kepada bnyak pihak yg membantu kami dalam pengalangan dana ini.
1.-keluarga besar WMC (wisnoe mechanic comunity)
2.-sdr.untung mujiono(belik)
3.-sdri FITRI
4.-sdr shalihah
5.-seluruh pengurus paguyuban dan anggota paguyuban perantau pemalang
kmi ucapkan bnyak-banyak terima kasih,semoga allah membalas kebaikan semua amien ya robalalamin.

TTD

pengurus
d